Lepra adalah penyakit kronik yang
dihasilkan oleh infeksi dengan Mycobacterium leprae dan terjadi repson hospes.
Organ yang paling mencolok terkena adalah kulit dan sistem syaraf perifer,
tetapi keterlibatan saluran pernapasan atas, testis dan mata juga relatif sering. Manusia telah lama diduga merupakan satu-satunya
hospes M. Leprae, tetapi infeksi yang didapat secara alamiah telah
didokumentasi pada armadillo di Amerika Serikat selatan timur dan infeksi
percobaan telah dilakukan pada primata, tikus telanjang dan armadillo.
Lesi kulit kronik, madarosis, neuropati
sensori yang menyebabkan kehilangan jari-jari atau tungkai dan paresis akibat
disfungsi saraf motoris merupakan sekule lepra. Sifat kelemahan yang sangat
dapat dilihat ini menimbulkan kecacatan historis “lepra”. Sekule psikologis dan
sosisologis dari stigma ini dapat melemahkan seperti penyakitnya sendiri dan
dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari perhatian medik. Untuk mengatasi
prasangka ini, istilah penderita lepra telah mengganti kata lepra dan penyakit
Hansen telah menjadi nama yang diterima.
Etiologi
Penyakit Lepra
Mycobacterium leprae adalah basil tahan asam dari
famili mikobakteriaseae. Multipliksi M.leprae yang sangat lambat diamati pada
model binatang yang sebagian dapat menjelaskan masa inkubasi yang lama yang
ditemukan pada penyakit manusia: masa 3-5 tahun diduga khas.
Kejadian lepra yang jarnag pada bayi
semuda umur 3 bulan memberi kesan bahwa penularan dalam rahim dapat terjadi
atau bahwa masa inkubasi yang amat pendek dimungkinkan pada keadaan tertentu.
Model penularan yang mungkin termasuk kontak dengan epidermis lepas yang
terinfeksi, minum ASI yang terinfeksi dan gigitan nyamuk atau vektor lain.
Namun, sekarang penularan melalui sekresi hidung yang terinfeksi tampak
merupakan dasar pada kebanyakan infeksi. Keterlibatan nasofaring yang luas
ditampakkan sebagai rhinitis kronik lazim pada penyakit lepratomatosa.
Epidemiologi
Penyakit Lepra
Organisasi kesehatan sedunia (WHO)
memperkirakan bahwa diseluruh dunia ada 11 juta kasus lepra pada tahun 1975.
Gambaran ini harus dianggap perkiraan yang kurang karena penemuan dan laporan
kasus tidak cukup. Mulainya penyakit yang tersembunyi dan laporan kasus tidak
cukup. Mulainya penyakit yang tersembunyi dan stigma sosial menyebabkan
penundaan konsultasi medik dan tidak adanya uji diagnostik sederhana, tidak
mahal, membuat konfirmasi diagnosis kulit.
Kebanyakan
pasien lepra dunia ada di Afrika, India, Asia Tenggara, Amerika Tengah dan
Selatan. Angka prevalensi sangat bervariasi antara dan di dalam negara;
frekuensi tertinggi untuk seluruh negeri adalah 25 kasus atau lebih per 1.000
populasi, tetapi frekuensi setinggi 200 kasus per 1.000 populasi terdapat dalam
kantong-kantong hiperendemik kecil.
0 komentar:
Posting Komentar